Puasamu Milik-Ku


Oleh : Ustadz Bachtiar Nasir

Ustadz, ada sebuah hadis yang pernah saya baca yang bunyinya begini, “…. Sesungguhnya puasa adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan balasannya.” Apa maksudnya dan lalu apa yang membedakan ibadah puasa dengan ibadah lainnya?

Warnita J — Cengkareng

Jawaban :

Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan 10 kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat. Allah SWT berfirman, ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan maanannya karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.’” ( HR Bukhari dan Muslim, ini lafaz Muslim ).

Jika direnungkan secara mendalam akan didapati bahwa sesungguhnya semua aktivitas puasa adalah desain syariah untuk memudahkan seorang hamba mendekat dan merasakan perjumpaan sekaligus merasakan balasan langsung dari-Nya.

Seluruh ibadah selain puasa adalah jalan untuk bisa mengingat Allah dan menjumpai-Nya, namun masih ada celah bagi si hamba untuk mengetahui kadar dan bentuk balasan dari ibadahnya. Hal itu adalah bentuk rahmat ( kasih sayang ) Allah dalam memotivasi hamba-Nya untuk giat beribadah. Beda halnya dengan puasa ( saum ) jenis ibadah yang satu ini sangatlah pribadi sifatnya antara seorang hamba dan Allah SWT. Karena itu, dalam ibadah puasa dibutuhkan tingkat kesadaran dan keyakinan yang tinggi terhadap nilai tauhidullah yang sedang dijalani dalam bentuk menahan lapar dan haus juga dalam menahan syahwat dan emosi.

Dari sisi waktu yang berkelanjutan, ibadah saum adalah ibadah terpanjang dalam proses melawan hawa nafsu yang sering menjadi berhala bagi diri sendiri, dari sisi aktivitas ibadah saum adalah gabungan semua jenis ibadah, yakni ibadah fisik, mental, konsentrasi, dan harta. Bahkan, proses mengosongkan perut dan mengendalikan syahwat dari terbit fajar hingga terbenam matahari yang dikombinasi dengan memprioritaskan Al-Quran untuk dibaca, dipelajari, dihayati, dan diamalkan adalah cara yang sengaja dirancang Allah agar meringankan perjalanan seorang hamba merasakan kebersamaan, kedekatan, dan memperoleh balasan langsung dari-Nya.

Makna lain dari sesungguhnya puasa milik-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan balas annya adalah terbangunnya suasana kebersamaan, kedekatan, dan keistimewaan seorang hamba yang meninggalkan makan, minum, syahwat, dan emosinya karena Allah.

Karena itulah, sejak enam bulan sebelum datangnya bulan Ramadhan, para sahabat Nabi berdoa agar diselamatkan usia sampai Ramadhan dan diselamatkan saat beribadah pada bulan suci Ramadhan serta diselamatkan semua amal ibadah selama bulan suci Ramadhan, semua itu dilakukan para sahabat nabi untuk menjaga keagungan suasana kebersamaan ( ma’iyatullah ), kedekatan, dan keistimewaan dengan Allah SWT.

Karena itu, Rasulullah SAW menjadikan perjumpaan dengan Allah adalah puncak tujuan dari saum sebagaimana yang digambarkan dalam riwayat yang masyhur bahwa bagi orang yang berpuasa, akan ada dua kebahagiaan. Pertama, kebahagiaan saat berbuka dan yang kedua, kebahagiaan saat berjumpa dengan Tuhannya. Wallahu a’lam bish-shawab

Sumber : Konsultasi Agama, Republika, Selasa, 24 Juli  2012 / 4 Ramadhan 1433 H

Ilustrasi : urdunews

ΩΩΩ

Entri Terakhir :

 

About Jalan Kehidupan

Blog ini hanya menyajikan ulang berbagai masalah keagamaan dalam bentuk tanya jawab dengan para ulama yang pernah diterbitkan di berbagai media cetak. Admin tidak menyediakan fasilitas tanya jawab dengan para pengunjung blog ini. Terima kasih.
This entry was posted in Bachtiar Nasir, Ibadah, Puasa, Ramadhan and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment