Debat Soal Tahlil


Oleh : KH Ali Yafie

Ayahku baru enam bulan lalu meninggal dunia. Waktu ayah meninggal, seminggu lamanya di rumahku mengadakan tahlilan, terus 40 hari juga sama. Sementara itu saudara-saudara dari pihak ayah sangat menentang tahlilan yang disebutnya bid’ah, tapi dari pihak ibu dan tetangga, itu harus. Saya bingung Pak Kyai mana sebenarnya yang benar ?

Asep Trisno, Tasikmalaya, Jawa Barat

Jawaban :

Sebenarnya tidak perlu diributkan. Sebab masalah tahlil bukanlah hal prinsip. Khilafiyah itu hanyalah masalah furu’iyah ( ranting ) . Bagi sebagian orang yang menganggap tahlil adalah bid’ah ( mengada-ada ), ya tidak perlu marah-marah atau ingin membubarkan mereka yang menyelenggarakan tahlil, melainkan harus tetap menghormati pendapat orang yang mengesahkan tahlil sebagai kebiasaan yang baik.

Tahlil sebagaimana yang kita ketahui adalah sebuah kebiasaan yang baik. Kalau pun dianggap bid’ah, tahlil termasuk bid’ah yang hasanah ( baik ), bukan bid’ah sayyiah (buruk). Memang tidak pernah terjadi di masa Nabi, tetapi tahlil bagian dari upaya ulama untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan.

Sebab di dalamnya orang membaca shalawat, membaca kalimat thayyibah, berzikir, membaca al-Quran, berdoa dan sebagainya. Justru dengan cara ini termasuk sebuah kebaikan bila diselenggarakan ketimbang hanya datang untuk makan, minum dan menghabiskan suguhan yang disediakan oleh yang punya rumah ( shahibul bait ).

Jangan terlalu mudah mengatakan bid’ah yang terkesan berkonotasi negatif. Kalu mau melihat lebih jauh, al-Quran yang kita baca sehari-hari itu juga sangat berbeda dengan zamannya Nabi. Sebab al-Quran pada masa Nabi tidak ada titik. Jadi kalau kita membaca al-Quran sesuai al-Quran pada masa Nabi, kita sekarang ini pasti kesulitan. Nah, apakah al-Quran yang telah disempurnakan berupa penambahan titik yang gunanya untuk mempermudah umat Islam yang membacanya pada waktu itu bagian dari bid’ah juga ? ■

Sumber : Konsultasi Fiqih, Majalah Hidayah, Tahun 11 , Edisi 127, Maret 2012 / Rabi’ul Akhir – Jumadil Ula 1433 H

  • Prof. KH. Ali Yafie, mantan Ketua MUI Pusat

 ΩΩΩ

About Jalan Kehidupan

Blog ini hanya menyajikan ulang berbagai masalah keagamaan dalam bentuk tanya jawab dengan para ulama yang pernah diterbitkan di berbagai media cetak. Admin tidak menyediakan fasilitas tanya jawab dengan para pengunjung blog ini. Terima kasih.
This entry was posted in Ali Yafie, Fiqih, Upacara Keagamaan and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

29 Responses to Debat Soal Tahlil

  1. wahid abdillah manaf says:

    Assalamu’alaikum…
    sekedar komentar…saya bingung dgn pernyataan anda “Tahlil sebagaimana yang kita ketahui adalah sebuah kebiasaan yang baik. Kalau pun dianggap bid’ah, tahlil termasuk bid’ah yang hasanah ( baik ), bukan bid’ah sayyiah (buruk). Memang tidak pernah terjadi di masa Nabi, tetapi tahlil bagian dari upaya ulama untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan.”….yg pertama : pernahkan Rasulullah membagi bid’ah menjadi 2 baik & buruk…jawabannya tidak ada, yg ada adalah smua bid’ah itu sesat
    yg kedua : bacaan yg di baca memang Haq…tp caranya yang tidak di sunnahkan, ini sama seperti ” memakai jam tangan tetapi di pasang di kaki”…..
    yg ketiga : kalaupun baik tentulah Rasulullah sudah mencontohkan, tidak ada hal kebaikan yang terlewatkan oleh junjungan kita Rasulullah

    • whitehafs says:

      setuju

    • doni says:

      ‘yg ketiga : kalaupun baik tentulah Rasulullah sudah mencontohkan, tidak ada hal kebaikan yang terlewatkan oleh junjungan kita Rasulullah”

      baiklah, berdakwah merlalui media internet apakah perbuatan baik?
      jika bukan merupakan perbuatan baik, kenapa banyak ulama yang melakukannya?
      dan jika memang dakwah melalui internet itu perbuatan baik, apakah baginda nabi melakukannya?
      kiaskanlah. . .

  2. whitehafs says:

    kullu bid’ah dholalah,

  3. raden says:

    wah wahabi / salafi lewat hahahahahaha

    • surachman says:

      Hati hati dalam hal agama Bid’ah ada 2 : 1. Bid’ah dalam ibadah semua sesat artinya masuk neraka. 2. Bid’ ah dunia ; dollalah dan hasanah contoh yang hasanah motor dipakai untuk kerja, ke sekolah dst tapi punya motor untuk jambret itu sesat/dholalah dstnya. Kalau Beribadah Wajib berdasarkan Al Qur’an dan Hadist/Sunnah tidak boleh menambah dan mengurangi, hati hati setan selalu membujuk hal hal yang bid’ah. Bid’ah itu finaar. nuhun wass
      Abdulrahman

  4. achmad says:

    kata siapa nabi tidak mengajarkan,bukankah nabi sudah memperintahkan bacalah al-qur’an,berdzikir,bershalawat,berdo’a…semua unsur tahlil itu ada didalamnya……so jadi bukanlah bid’ah tahlil itu

  5. aulia says:

    nabi memang memmerintahkan bacalah al-qur’an,berdzikir,bershalawat,berdo’a,,tapi bukan tahlilan yang 7 hari. 40, 100 itu namanya bi’ah mau sholawat silahkan dr pagi sampai malam anda sholawat itu bagus tapii jangan d kultuskan sholawat 7hari setelah kematian 100 hari,, karena rasulullah tidak mengajarkan

  6. vivi says:

    BAGAIMANA HUKUMNYA.. menterjemahkan dalam Alquran dlm bahasa indo.. padahal rasul tidak memerintahkan utk menterjemahkan..Bagaimana hukum membuat ilmu tajwid (harakat, tanda baca dll), nahwu shorof., ilmu hadist padahal nabi tidak mengajarkannya… apakah itu sesat.. karna itu adalah bidah… ?? Bidah itu bukan hukum…Justru para Imam Mazhab itu membagi bidah kedalam 5 (wajib, sunnah, mubah.. haram, makruh).. tiap perkara baru tidak serta merta kita hukumi haram.. tetapi harus di timbang kepada 5 hukum diatas lebih cenderung kemana… , jangan sampai kita mengharamkan sesuatu yang Alloh tidak haramkan..karena Kalian bukan Tuhan… Kullu bid’atun diartikan bukan semua… tapi sebagian,, karna akan bertemu dengan ucapan sayidina Umar ra. yang berkata.. (sungguh indah bid’ah yang baik ini) pada saat melaksanakan Sholat Tarawwih 20 rokaat…. itulah menunjukan adanya bid’ah2 yang baik.. sepanjang tidak menyimpang dari sariat islam

  7. vivi says:

    “kullu” yang berarti “tiap-tiap” disebut “kullu kulliyah”
    “kullu” yang berarti “sebagian” disebut “kullu kully”
    Contoh “kullu kulliyah” : Firman Allah: “Kullu nafsin dza’iqotul maut” yang artinya “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati” , juga hadits Nabi “Kullukum ro’in wa kullukum mas’ulun ‘an ro’iyatihi”, setiap kalian adalah penggembala dan diminta tanggung jawab atas gembalaannya.
    Contoh “kullu kully” Firman Allah: “wa ja’alnaa minal maa’i kulla syai’in hayyin” yang artinya “Dan telah kami jadikan dari air “kullu” (sebagian) makhluk hidup”. Kalau “kulla syai’in” di sini diartikan “tiap-tiap/semua” maka bertentangan dengan kenyataan, bahwa ada makhluk hidup yang dijadikan Allah tidak dari air, seperti malaikat dari cahaya, dan jin juga syetan dari api.
    Contoh “kullu kulliy” lagi ada dalam QS. Al Kahfi :79 tentang Nabi Khidr yang merusak perahu yang bagus supaya tidak dirampas oleh raja yang serakah. Dia mengatakan alasannya merusak perahu sebab ada “Malikun Ya’khudzu Kulla safiinatin Ghoshban”, sebab ada raja yang merampas “kulla safinatin” , namun karena raja itu hanya mengambil perahu yang bagus, lafadz ‘kulla safinatin” tidak bisa diartikan “setiap perahu” namun harus diartikan “sebagian perahu”. Maka arti “kullu” itu ada dua yaitu “tiap-tiap (kullu kulliyah)” dan “sebagian (kullu kulliy)”.
    JADI HADITS NABI, ‘KULLU BID’ATIN DHOLALAH’ artinya adalah ” SEBAGIAN BID’AH ITU SESAT”, sebab ada indikasi2 hadits lain yang menunjukkan makna ini. Sementara “KULLU DHOLATATIN FIN NAAR ” artinya jelas “SETIAP KESESATAN ADA DI NERAKA”.
    Oleh sebab itu para ulama’ yang mu’tabar (diakui) tidak memukul rata semua bid’ah sesat, namun hanya bid’ah yang bertentangan dengan syari’at saja yang sesat….Dan untuk mengetahui bid’ah itu sesuai syari’at atau tidak (bid’ah hasanah atau sayyi’ah) , hanya bisa dilakukan oleh ulama’ yang mu’tabar bukan oleh kita yang bodoh-bodoh ini.

  8. vivi says:

    Sungguh heran,
    Banyak di antara mereka di dalam menyikapi amalan- amalan aswaja ahlussunnah wal jama’ah yang terkait dengan adanya bid’ah hasanah adalah dimana mereka selalu mempertanyakan, mana dalilnya, tentunya dalil yang diinginkan oleh mereka adalah dalil khas yang bersifat khusus/ spesifik.
    Contoh: Mereka menanyakan mana dalilnya? kalau Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaih wa sallam mengajarkan Maulid Nabi, Tahlilan, dan amalan bid’ah hasanah lain yang semisalnya.?
    Namun saat mereka di tunjukkan dalil qiyasi yang bersifat a’am, mereka tetap tidak faham dan tidak bisa mengerti,Trnyata benarlah apa yang pernah di smpaikan oleh
    al-Imam asy-Syaf i’i rahimahullaah:
    Imam Syafi’i rahimahullaah pernah mengatakan, :
    ” Aku selalu kalah jika berdebat dengan orang-orang “bodoh”.
    Penjelasan qaul imam asy-Syafi’i rahimahullaah ini adalah sebagai berikut:
    >pernyataan jahil itu maksudnya..
    bukan bodoh dalam artian yang sebenarnya, yakni tidak tahu ilmu apa-apa karena tidak berpendidikan dan belajar, sebab tidak mungkin Imam Syafi’i rahimahullaah sampai melayani debat dengan orang bodoh dlm artian sbenarnya, sehingga, bodoh di sini adalah bodoh yang sifatnya TAJAAHUL (pura-pura bodoh /membodohi diri, atau tidak menyadari kalau dirinya bodoh).
    >Mengapa Imam Syafi’i rahimahullaah bilang bahwa beliau selalu kalah debat dengan orang-orang bodoh itu?
    Karena yang mereka minta dalam berdebat adalah dalil-dalil khusus/spesifik, yang bersifat leterleg, yang khash, sedangkan sudah mu’tabar bahwa dalam khasanah keilmuan, begitu banyak istinbath yang sangat dinamis, sehingga, mustahil jika hanya bertumpu pada satu dalil khash.
    =============== ===
    Jangankan kita, seorang tokoh sekelas Imam Syafi’i rahimahullaah pun tidak akan mnemukan dalil khash dibolehkannya khutbah dengan bahasa ‘ajam, dimana Nabi berkhutbah dengan bahasa arab.
    Nah, wajar tentunya Imam Syafi’i tak mampu menjawab jika yang selalu diminta lawan debatnya adalah dalil Khaash.
    Ya anggaplah beliau kalah debat dengan orang ‘bodoh’ tsbt.
    =============== ===
    Sehingga, orang-orang yang selalu saja meminta dalil khash dengan mempertanyakan mana dalilnya? atas suatu amalan, sedangkan dalil khashnya memang tidak ada, maka orang-orang semacam ini adalah orang bodoh, sebagaimana yang disindir oleh Imam Syafi’i rahimahullah.
    Mengherankan memang, sebab mereka hanya mempertanyakan dalil khash hanya untuk menang debat, dan sejatinya hanya untuk menutupi kedangkalan ilmunya tentang bahasa, istilah, majaz, qiyas, ushul, dll.
    Wallahu’alam

  9. nada says:

    jadi sebenarnya hukum tahlil itu apa? kalo haram kenapa kalo sunnah kenapa? makasih mohon bantunya buat menanbah ilmu dan mengerjakan tugas agama saya…secepatnya

  10. handisuhadi128@gmail.com says:

    hidup adalah perjuangan maju terus pantang mundur hidup tahlil……!!!!!!!

  11. doni says:

    http://www.firanda.com/index.php/artikel/fiqh/423-dalil-bolehnya-tahlilan

    review deh, wkk lucu..bantahan atas suatu pernyataan di bantah oleh pernyataannya sendiri

  12. Caksan says:

    Masih bingung mana yg bener. Sebab ditempat ana ahli bait yg harusnya paling depan berdo’a malah paling belakang (nyiapin snack down) salah siapa tu ya. Gimana ikhwan?

  13. tentunya saya tidak mau mengamalkn amalan yang masih di perdebatkn/ masih di ragukan kebenarannya…masih banyak sunnah2 yg udah pasti kebenarannya spt tahajud,saum senin kamis dll….jika masih ragu tinggalkan,,!!!!

  14. orang biasa says:

    Di dalam prosesi menuju alam nirwana menghadap ida sang hyang widhi wasa mencapai alam moksa, diperintahkan untuk selamatan/kirim do’a pada 1 harinya, 2 harinya, 7 harinya, 40 harinya, 100 harinya, mendak pisan, mendak pindho, nyewu (1000 harinya).

    Pertanyaan ????? apakah anda orang islam juga melakukan itu ?????

    ketahuilah bahwa TIDAK AKAN PERNAH ANDA TEMUKAN DALIL DARI AL-QUR’AN & AS-SUNNAH/hadits shahih TENTANG PERINTAH MELAKUKAN SELAMATAN, bahkan hadits yang dhoif(lemah)pun tidak akan anda temukan ,akan tetapi kenyataan dan fakta membuktikan bahwa anda akan menemukan dalil/dasar selamatan,dkk,justru ada dalam kitab suci umat hindu,

    COBA ANDA BACA SENDIRI DALIL DARI KITAB WEDHA (kitab suci umat hindu) DIBAWAH INI:

    a. Anda buka kitab SAMAWEDHA halaman 373 ayat pertama, kurang lebih bunyinya dalam bahasa SANSEKERTA sebagai berikut: PRATYASMAHI BIBISATHE KUWI KWIWEWIBISHIBAHRA ARAM GAYAMAYA JENGI PETRISADA DWENENARA.

    ANDA BELUM PUAS, BELUM YAKIN, ???

    b. Anda buka lagi KITAB SAMAWEDHA SAMHITA BUKU SATU,BAGIAN SATU,HALAMAN 20. Bunyinya : PURWACIKA PRATAKA PRATAKA PRAMOREDYA RSI BARAWAJAH MEDANTITISUDI PURMURTI TAYURWANTARA MAWAEDA DEWATA AGNI CANDRA GAYATRI AYATNYA AGNA AYAHI WITHAIGRANO HAMYADITAHI LILTASTASI BARNESI AGNE.

    Di paparkan dengan jelas pada ayat wedha diatas bahwa lakukanlah pengorbanan pada orang tuamu dan lakukanlah kirim do’a pada orang tuamu dihari pertama, ke tiga, ke tujuh, empat puluh, seratus, mendak pisan, mendhak pindho, nyewu(1000 harinya).

    Dan dalil-dalil dari wedha selengkapnya silahkan anda bisa baca di dalam buku karya Abdul aziz (mantan pendeta hindu) berjudul “mualaf menggugat selamatan”, di paparkan TIDAK KURANG DARI 200 DALIL DARI “WEDHA” kitab suci umat hindu semua.

    JIKA ANDA BELUM YAKIN, MASIH NGEYEL,,, ?

    c. Silahkan anda Buka dan baca kitab MAHANARAYANA UPANISAD.

    d. Baca juga buku dengan judul ,“NILAI-NILAI HINDU DALAM BUDAYA JAWA”, karya Prof.Dr. Ida Bedande Adi Suripto (BELIAU ADALAH DUTA DARI AGAMA HINDU UNTUK NEGARA NEPAL, INDIA, VATIKAN, ROMA, & BELIAU MENJABAT SEBAGAI SEKRETARIS PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA).

    Beliau menyatakan SELAMATAN SURTANAH, GEBLAK, HARI PERTAMA, KE TIGA, KE TUJUH, KE SERATUS, MENDHAK PISAN, MENDHAK PINDHO, NYEWU (1000 harinya) ADALAH IBADAH UMAT HINDU dan beliau menyatakan pula NILAI-NILAI HINDU SANGAT KUAT MEMPENGARUHI BUDAYA JAWA,

  15. znus says:

    trus klo adat hindu knp kan caranya kan dengan baca lafald alqur -an , ak kira gak ada orang indonesia yang talilan dengan niat prosesi menuju nirwana ….. niatnya pasti shodakhoh dan mendoakan yang meninggal

    seperti halnya aqiqohan …. apa bedanya dengan aqiqoh… yang dihapuskan pengusapan darah kambing …

  16. Areph Alwan says:

    daripada digawe koploan. mending gawe tahlilannn…….
    :p

  17. Org awam says:

    Kita buktikan besok diakhirat siapa yg benar&salah,tdk ada untungnya mendebatkan hal yg sudah terbukti mampu menyebarkan dakwah islam di nusantara,mending dakwah dgn tahlil drpd dakwah dgn bom,itu jelaz tdk diajarkan oleh ROSULULLAH SAW,ayo tahlilan….

  18. ANDI says:

    intinya. gini, gimana niat orang yang melaksanakan nya. allah maha tau kok ngpain di ributin…??????

  19. SUWUNG says:

    PODO-PODO MAYET MLAKU AE…. PODO SALENG NYALAHKE… SENG GELEM TAHLILAN YO MONGGO… SENG ORA GELEM YO WES…. ORA USAH NGRUSOI… OJO RUMONGSO DADI SENG PALING BENER… SOALE SENG PALENG BENER KUI GOR GUSTI ALLAH… OPO AREP DO DAFTAR DADI ALLAH KABEH TO??? MENDING LAKONONO SENG MENURUT ATIMU COCOK… LAN OJO LALI NJALOK RIDONE GUSTI ALLAH…. WES…LAN OJO NGAREP-NGAREP IMBALANE GUSTI ALLAH… IBADAH YO IBADAHO…. OJO NGAREP-NGAREP OPO-OPO… YO KUI IBADAH SENG IKLAS…. AREP IBADAH OPO WAE LEK ORA IKLAS YO NASEPE OPO JARE GUSTI ALLAH…

    • SUWUNG says:

      ELINGO YO NGGER… IBLIS KUI DI LAKNAT GUSTI ALLAH MERGO SOMBONGE IBLIS… ATI-ATI LO… LEK DEBAT NGALOR NGIDUL… GOR PENGEN DI OMONG BENER LAN NGUCILKE MARANG RENCANGE… ISO-ISO ENGKO DI LAKNAT JUGA PIYE..??? DUH GUSTI… KULO PASRAHAKEN KULO DUMATENG GUSTI ALLAH….

  20. hmjn wan says:

    Ass. Wr. Wb.
    Adanya perbedaan dalam Islam, sebenarnya tidak perlu dipertajam. Sebab dengan memperuncing perbedaan itu tak ubahnya seseorang yang suka menembak burung di dalam sangkar. Padahal terhadap Al-Qur’an sendiri memang terjadi ketidak samaan pendapat. Oleh sebab itu, apabila setiap perbedaan itu selalu dipertentangkan, yang diuntungkan tentu pihak ketiga. Atau mereka sengaja mengipasi ? Bukankah menjadi semboyan mereka, akan merayakan perbedaan ? Hanya semoga saja jika pengomporan dari dalam, hal itu bukan kesengajaan. Kalau tidak, akhirnya perpecahan yang terjadi.
    Apabila perbedaan itu memang kesukaan Anda, salurkan saja ke pedalaman kepulauan nusantara. Disana masih banyak burung liar beterbangan. Jangan mereka yang telah memeluk Islam dicekoki khilafiyah furu’iyah. Bahkan kalau mungkin, mereka yang telah beragama tetapi di luar umat Muslimin, diyakinkan bahwa Islam adalah agama yang benar. Sungguh berat memang.
    Ingat, dari 87 % Islam di Indonesia, 37 % nya Islam KTP, 50 % penganut Islam sungguhan. Dari 50 % itu, 20 % tidak shalat, 20 % kadang-kadang shalat dan hanya 10 % pelaksana shalat. Apabila dari yang hanya 10 % yang shalat itu dihojat Anda dengan perbedaan, sehingga menyebabkan ragu-ragu dalam beragama yang mengakibatkan 9 % meninggalkan shalat, berarti ummat Islam Indonesia hanya tinggal 1 %.
    Terhadap angka itu Anda ikut berperan, dan harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Astaghfirullah.
    Wass. Wr. Wb.
    hmjn wan@gmail.com

  21. lapakbelanjaku says:

    Jikapun ada aturan dalam Agama hindu tentang mendoakan mayat pada hari 1 ~ 7 , 40 , 1000 hari maka apakah lalu Jika orang Islam melakukan pada hari tersebut maka kemudian di sebut Hindu ?
    Nabi memberi contoh cara untuk menselisihi aturan model begitu,,,,
    Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pd hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah pun melakukannya pd masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pd hari itu dan memerintahkan umatnya utk berpuasa. (HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/ 147 Muslim 2/792, dll) ,
    Walau tetap melaksanakan tapi mendoakan si mayit di hari yang sama namun caranya berbeda dengan yang di lakukan orang Hindu .

    Pengobatan Bekam di lakukan Nabi walau itu adalah kebiasaan Mesir Kuno dan China .

    Pengobatan dengan minum madu di gunakan jauh sebelum Jaman Nabi SAW . Para pegulat di jaman romawi kuno mengkonsumsi madu sebelum bertanding .

    Penggunaan Tahun Hijriyah pertama kali diperkenalkan oleh Khalifah Umar ( sebelum Kerasulan Nabi sebenarnya sudah ada , dan seperti kita tahu bahwa Nabi Lahir pada tanggal 12 Robiul awal Tahun Gajah ) Khalifah umar memberi nama menjadi Tahun Hijriah , Tahun ke 1 di awali dari peristiwa Hijrah . Sebelumnya hanya ada perhitungan tanggal dan bulan tanpa tahun .

    Jadi walau tahun Hijriah itu mulanya adalah milik orang Arab kuno tapi dengan mengubah Nama maka Orang Islam boleh dan bahkan disarankan untuk memakainya

    Bersiwak ( menggosok gigi dengan kayu siwak ) juga di adopsi dari masa sebelum islam , bahkan 5.000 th sebelum masehi orang Yunani Kuno sudah bersiwak .

    Penggunaan Tasbih dalam berdoa di lakukan oleh orang Hindu dan Budha sebelum masa Islam dan umat agama lainnya .

    Mimbar untuk tempat kotbah dalam sholat jumat adalah kebiasaan Nasrani dan Yahudi .

    Jadi walaupun berdoa bersama mendoakan si mayit adalah juga merupakan kebiasaan agama lain tapi jika dalam kegiatan itu sesuai dengan syariat maka saya yakin sangat baik bahkan mendapatkan pahala.

    Tradisi Hindu atau agama lain tentu saja ada yang sama dengan syariat Islam walau berbeda cara tapi kadang harinya sama ,

    Bagi tuan rumah yang sedang kesusahan maka jamaah dzikir tidak boleh meminta minum dan makan , tapi jika rumah menyediakan minum dan makan maka terserah kepada pribadi masing-masing , mau memakannya atau tidak.

    Sedekah yang paling utama adalah sedekah di waktu susah , dan tentu saja harus dengan iklash.
    Sayangnya banyak orang justru membalikkannya dengan berkata :
    ” Lha wong sedang susah kok sedekah ?????”

    Dalam kitab – kitab pegangan Jamaah Tabligh bahkan beberapa ulama terdahulu yang termashur , untuk bersedekah maka mereka meminjam ( berhutang ) kepada saudaranya .
    Bahkan dalam beberapa hadits , Hilal ra. terlilit hutang kepada non muslim karena memenuhi permintaan Nabi Muhammad saw untuk disedekah , hingga kemudian Hilal ra mengadu kepada Nabi saw dan kemudian ALLAH menolongnya melalui Nabi SAW.

    Jadi janganlah terlalu mudah mengkafirkan orang lain yang sama-sama Islam , jangan – jangan justru ke Islaman orang yang di kafirkan lebih baik dibanding yang mengkafirkan , dan dalam banyak hadits disebutkan bahwa tuduhan “kafir “ akan berbalik mengenai si penuduh jika ternyata si tertuduh itu tidak kafir .

    Hanya ALLAH SWT Yang Maha Tahu .

    • normalia says:

      Penutup yg bagus..niat semua amalan karna Allah,masalah diterima ate tdk biar Allah yg menentukan.

  22. hattori says:

    hebaaat… setujuuuu…

Leave a reply to Areph Alwan Cancel reply